jika waktunya aku kembali kepangkuanmu
aku ingin terlahir seperti bayi menangis
sepanjang musim
jika waktunya aku kembali kepangkuanmu
aku ingin berlama-lama memelukmu,menciummu,menatapmu
dalam hening
jika waktunya aku kembali kepangkuanmu
aku ingin selamanya tertidur, sampai petang menjelang
aku tetap dipangkuanmu, Ibu
Jakarta Agustus 2010
Pada pagi yang bercerita tentang embun
sampaikanlah rasa rinduku kepadanya
hanya kepadanya.
***
Aku ingin di sisimu kekasih
sebelum malam ini menjelma menjadi serigala
agar rasa gigilku hilang dalam hangat pelukmu
***
Aku suka mendengar kau bercerita
tentang dongeng sebuah bunga
di negeri mimpi itu
***
Aku telah melukiskan sebuah kisah untukmu
di tempat melati tumbuh dan wanginya terjaga
***
Hujan sore ini begitu pelan turun
seperti mimpimu yang hanyut
dalam kenyataan
***
di antara malam yang basah
kuketuk sunyi
kutulis masa kecil
lalukuurai pada tiap lariknya
tapi malam ini dingin menggigil tubuhku
senandung sajak mengasing memanggilmu
hanya namamu:Ibu
mengenalmu dalam dunia maya
adalah sebuah dongeng tak terbaca
sebelumnya
mengenalmu dalam dunia maya
sama halnya mengenalmu dalam dunia hantu
yang datang lalu pergi sesukamu
mengenalmu dalam dunia maya
adalah cerita masa lalu yang jauh,
yang barang kali disebut cinta
Satya..
Aku dekatkan tubuhku ketubuhmu
Kita bercumbu dalam kecemasan
Peluh tumpah di ranjang sepi
Dan basah oleh rindu
Satya..
kukecup bibir manismu
Dengan keengganan aku melepaskanmu
tapi kau merasa perih dan rindu terus merintih
dalam kecemasan tak berkesudahan
Satya..
takkan pernah kuakhiri percembuan
waktu ini.
[1]
adalah aku pengeja puisimu
dalam dimensi
ruang
dan waktu
[2]
aku mengisari diri
dari hari ke hari
bulan ke bulan
tahun ke tahun
sampai waktu melaju
seperti peluru
namun tak kutemukan
kau kekasih
hidup
resah
gelisah
dan sedih
; aku mencarimu ke negri sunyi
[3]
Meja
kursi tua
segelas air
di dalamnya
diam
hening
tak mampu
mengeja-Mu
; aku beku di perasingan
[4]
daun jatuh
sentuhan angin kecil
menemaniku subuh
;izinkan aku mengecupMu, ya Rabb
aku temukan dikamus ini
banyak kata berjalan tanpa mata