Hujan yang mengetuk langit-langit tenda semalam membangunkanku dari lelah yang berkepanjangan. Di lembah yang sunyi, aku mencoba untuk menyulam kata demi kata, dimana kata itu telah membeku lamanya…
“menyulammu aku seperti kanak-kanak mengasing dari kerlip lelampu yang hanya berteman lentera, ransel-ransel, tenda, dan sleeping bag. Sesekali aku sering tertusuk namun tak ada seorang pun melihat hanya setan tersenyum sombong. Dan pada langit aku bertanya : apa yang mesti kuceritakan mereka tersekap di dalam kelamnya sendiri dan kemunafikan telah merimbun di sana (kota) menjadikan diam.”
Lembah pegunungan adalah tempat yang jauh dari asap penguasa, tak ada aturan yang memuakan,tak ada kerlip lelampu yang menyilau mata, tak ada perawan-perawan muda yang memainkan anting-anting dilidahnya dan tak ada para cukong yang menyajikan gelas-gelas anggur berwajah cantik.
Entah kenapa tempat yang lembab ini membuatku selalu utuk berlama-lama disini
Memandang padang-padang hijau, telaga-telaga bening, sungai-sungai berkelok panjang . Dan angin yang basah menguliti keriput usiaku dan ah…sudahlah mungkin aku telah terbiasa di sini. Ya! aku terbiasa disini, menyendiri ––dan menyulam dinding-dinding sunyi yang akan kujadikan selimut tubuh sebagai satu jawab bagi peterka.
SULAMAN YANG MEREKAM PERJALANAN KEHIDUPANKU
agustus
catatan hari ulang tahunku
tak ada kado menjelma doa
hanya air mata
yang lerai
duka
29 Agustus 2009
Catatan I
gerimis pagi yang ricik
menggambar peta
wajahmu, dara.
30 Agustus 2009
Catatan II
kutemukan jejalan yang bercabang
tanpa melati yang tumbuh
mekar dan mewangi
31 Agustus 2009
Catatan
aku ingin berbaring di nisanmu
menangis bersama rumput
dan waktu
Agustus 2009
Catatan September
awal september matahari bulan bintang
menari. lalu hujan lerai kebumi,
pepohon dedaunan tersenyum lembut
;di sini aku tertawa sendiri
1 septembar 2009
Catatan I
kerinduanku padamu membeku
dalam sunyi yang mencekik
2 septembar 2009
Catatan II
sepanjang jejalan ini kutulis bait tentangmu.
hanya tentangmu
; IBU
3 septembar 2009
Catatan III
tubuhku sembunyi
dalam embun pagi ini
: aku malu padamu Tuhan
3 septembar 2009
Catatan IV
kudengar sepagian ini
puisi bertengkar dengan kotek ayam
5 septembar 2009
Catatan V
wajah yang terekam dikepalaku
masih menggores luka
: betapa sakit hari itu
6 septembar 2009
Catatan VI
kenapa meski kau catat nama yang telah membunuhmu
semalam
: kau terlalu lemah dara
7 septembar 2009
Catatan VII
Cinta yang terkubur dalam waktu
butiran-butiran rindu menjadi untaian kata
yang tak sempat kuucap padamu
: maafkan aku dara, yang tak pernah mengatakan
aku cinta kau
4 septembar 2009
This entry was posted on 05.35 and is filed under
Glass Of Diary
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.